Padahal, apa sih sebenarnya hakikatnya ujian tersebut? Dalam Islam ujian digunakan untuk menaikan derajat seseorang menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Bisa jadi ujian yang berbentuk masalah kehidupan maupun ujian di sekolah seperti ini. Setiap ujian pasti bertambah sulit, namun Allah menjamin setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Pada konteks ujian kelulusan ini sebenarnya ujian dilaksanakan agar siswa kelas 9 yang ada di SMP naik derajatnya menjadi kelas 10 di jenjang SMA/ SMK/MA sederajat. Percayalah, setelah ujian ini pasti ada kemudahan-kemudahan yang datang. Allah punya rencana yang keren keren untuk setiap umatnya
Oke, kembali ke pembahasan awal, ujian kelulusan. Mulai tahun 2010 kalau tidak salah proporsi UN sebagai penentu kelulusan sedikit demi sedikit dikurangi dan pada tahun 2015 pak jokowi dan pak anis menegluarkan kebijakan bahwa penentu kelulusan bukan lagi UN yang hanya 4 hari, namun USBN yang mempertimbangkan juga nilai ujian praktek dan penilaian selama 3 tahun di sekolah. Hal ini tentu lebih manusiawi, karena penentu kelulusan tidak hanya terbatas 4 hari dan 4 mapel saja (Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA) karena memang akan sangat dikrucutkan sekali jika begitu. Pemahaman 4 mapel tersebut hanya mencakup 3 dari 9 jenis kecerdasan majemuk Howard Gardner, yakni logis-matematis, lingustik-bahasa, naturalis-kealaman. Selain itu soal yang dibuat pun hanya pilihan ganda dan kebanyakan hanya di level mengingat dan menghafal ditambah sedikit penerapan di kehidupan sehari-hari.
Sekarang saat ujian kelulusan adalah USBN guru akan lebih adil saat mempertimbangkan kelulusan siswa, karena guru dan pihak sekolah lah yang paling tahu perilaku siswanya selama 3 tahun. Ditambah mata pelajaran yang dijadikan pertimbangan kelulusan semakin luas. Jadi, akan lebih memungkinkan untuk lulus dengan jujur tanpa ada tekanan karena ketakutan yang berlebihan
0 Komentar