Cikal bakal adanya SMP Islam Prestasi Al Mubtadi-ien serta semua lembaga dibawah naungan Yayasan Muhammad Idris adalah karena satu orang, (Alm) KH. Muchtarom Idris. Beliau bersama dengan sahabat-sahabatnya terutama Bapak Temu Panggeh Raharjo (pada tahun 2018 ini masih menjabat sebagai ketua yayasan abadi) satu persatu lembaga pendidikan didirikan mulai dari Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien (PPHM) pada tahun 1990 kemudian SDIT Samawi tahun 2004 dan terakhir SMP kita tercinta ini lahir pada tahun 2010. Awalnya Al Maghfurlah (Alm) KH. Muchtarom Idris mempunyai tujuan yang sederhana, yaitu membuat lembaga pendidikan berbasis pondok pesantren agar warga masyarakat bisa menuntut ilmu agama dari kitab-kitab salaf. Maka setelah mukim dirumah kurang lebih selama 6 tahun beliau mendirikan lembaga utama yaitu PPHM di tahun 1990. PPHM mengalami puncak-puncak kejayaan pada tahun 1990-an karena memang tren masyarakat pada saat itu mondok bagi pemuda-pemuda desa adalah wajar bahkan ada yang mewajibkan. Bahkan lembaga ini juga melayani tidak hanya yang mondok saja melainkan orang-orang yang hanya ingin belajar kitab namun tidak mondok dengan adanya Madrasah Diniyah PPHM. Total santri pada saat itu sampai ratusan sehingga pembangunan infrastruktur pun gencar dilakukan.
tampilan PPHM pada tahun 2015 (foto 2018 masih dalam tahap pembangunan aula) |
Tampilan SDIT Samawi dari bawah |
Semua sekolah pada awalnya mengalami kesulitan yang luar biasa, mulai dari pembangunan sistem, pemberdayaan SDM, peningkatan kualitas SDM, pembangunan infrastruktur, mencari peserta didik baru dan lain sebagainya. Alhamdulillah di usia SDIT Samawi yang ke 14 ini termasuk sekolah yang sudah mapan dan stabil sistemnya. Dulu pada saat gempa di Bantul dan sekitarnya pada tahun 2006 SDIT Samawi mendapatkan dua bangunan ruang kelas agar proses KBM tetap berjalan dengan lancar, yaitu bantuan berupa ruang kelas bambu di komplek PPHM Tajeman, Palbapang, Bantul (sekarang menjadi aula PPHM) dan ruang kelas di Karangmojo, Trirenggo, Bantul (sekarang menjadi gedung SMP IP). Pada saat itu SDIT Samawi juga mengalami masa-masa sulit, tapi mulai Kepala Sekolah Pak Khozin Alfani dan Pak Ahlan seperti sekarang SDIT Samawi bisa dibilang sudah mapan pondasinya tinggal beberapa pengembangan tambahan sesuai kreatifitasnya.
Tahun kedua ternyata lebih sulit dari dugaan. Pada saat PPDB hanya mendapatkan 4 siswa, kalau kita pikir-pikir menjadi seperti sekolah rasa bimbel privat kalau hanya 4 orang. Tapi inilah proses pasti ada naik dan turunnya. Tidak hanya itu, pada pertengahan tahun 2011 Kepala Sekolah pertama, Bapak Nadhif Masykur, S.Fil.I mengundurkan diri dan digantikan oleh Gus Shobikhan Ahmad, S.Pd (putra kedua dari KH. Muchtarom Idris). Wajah baru dari sekolah baru mulai terlihat berkat Gus Shobikhan, berbagai pondasi berdirinya sekolah secara sistem, infrastruktur dan SDM mulai dibangun walau tertatih-tatih. Kalau diceritakan perjuangan awal pak shobi secara detail mungkin tulisan ini akan menjadi buku yang tebal. Kali ini kita tidak akan bercerita tentang kesusahan dan dukanya namun bicara terkait prestasi-prestasinya

Namun waktu terlalu cepat berlari, pada awal tahun 2015 Gus Shobikhan sebelum masa jabatannya habis sudah melanjutkan petualangannya di negeri sakura hingga tahun ini. Pondasi yang sebenarnya belum kokoh akan nilai-nilai prestasi yang keren ditinggal begitu saja sebelum mempersiapkan calon pemimpin selanjutnya. Akhirnya saat kekosongan kepemimpinan, Bapak Heriyanta, S.Pd.I datang dari Yayasan untuk melanjutkan proses berlangsungnya sekolah. Secara administratif Pak Heri sangat tertib sehingga segala dokumen dan berkas-berkas administratif tertata dengan rapi di sudut ruang kepala sekolah, ruang TU serta ruang guru. Namun karena latar belakang beliau bukanlah aktivis seperti Pak Shobi maka beberapa kegiatan menjadi beku karena kekurangan SDM.
Selang 1,5 tahun, dengan cepat pak Heri juga meninggalkan jabatan Kepala Sekolahnya karena faktor keluarga dan passion beliau. Baru saja pondasi secara administratif terbentuk, sudah mengalami kekosongan kepemimpinan lagi. Yayasan dan sekolah tidak ambil sikap diam, semuanya terus mencari siapa yang kira-kira cocok untuk memimpin kembali SMP ke puncak kejayaannya. Pada waktu itu berdasarkan rapat Yayasan kepala sekolah selanjutnya diamanahkan pada Gus Achmad Siddicq, S.Pd. (putra keempat dari (alm) KH. Muchtarom Idris). Amanah yang sebenarnya berat untuk dijalankan seorang dengan usia 23 tahun kala itu. Namun latar belakangnya sebagai aktivis diwaktu mahasiswanya tidak menyurutkan niatnya untuk terus melanjutkan pengabdiannya dibidang pendidikan.
Berbagai gebrakan dilakukan oleh Gus Siddicq mulai dari menghidupkan beberapa kegiatan yang pernah beku, kemudian bisa mengadakan acara yang paling besar yang pernah dimiliki SMP IP, Peringatan Hari Ulang Tahun SMP Islam Prestasi ke-8 serta Festival Anak Islam Prestasi tingkat SD/MI/TPA se-DIY. Tidak banyak yang dijanjikan gus siddicq, tapi hanya berpesan "Kami pada saat ini memang sekolah kecil, tapi kami punya lebih dari cukup modal untuk menjadi sekolah besar yaitu SDM yang berkualitas, lingkungan yang kondusif serta semangat pengabdian yang tinggi. Tunggu saja besok beberapa tahun ke depan"
0 Komentar