Apa itu Sekolah Berbasis Multiple Intelligences?


Multiple Intelligences? Kecerdasan Jamak? apa itu? istilah asing apa lagi itu? 

mungkin diantara pembaca yang budiman baru sekali ini mendengar istilah Multiple Intelligences (sebut saja MI) menjadi basis dari setiap pembelajaran yang ada di sekolah. Mungkin dari sebagian ada yang pernah mendengar tokoh-tokohnya seperti sang pencetus Prof. Howard Gardner atau penulis best seller Munif Chatib yang berusaha membumikan MI di pendidikan Indonesia. Singkat kata Multiple Intelligences adalah sebuah ideologi pendidikan yang meyakini bahwa seluruh anak memiliki kecerdasan yang unik dan berbeda sehingga memungkinkan untuk memaksimalkan potensi anak melalui kecerdasan uniknya. Dengan stimulus yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak-anak akan belajar dengan gembira tanpa ada paksaan dari manapun. Sebut saja mungkin ada anak yang pintar menggambar namun kurang pandai bermain musik, maka stimulus yang tepat baginya adalah membuat desain pembelajaran yang menggunakan media visual sebagai penopang utamanya seperti peta, video, grafik dan lain-lain. Sehingga selain menyenangkan, hal ini cocok dengan karakteristik kecerdasannya dan pasti apapun materi pelajarannya, dia akan senang mengikutinya.
Sekolah yang menggunakan MI sebagai basis pembelajarannya berarti mampu memodifikasi berbagai materi pembelajaran dalam bermacam-macam strategi dan medianya berdasarkan konsep MI. Sehingga para muridnya tidak ada yang tidak bisa belajar, karena sesungguhnya konsep MI sebenarnya adalah mengajari para murid untuk menjadi pembelajar sejati, belajar yang sesuai dengan gayanya belajar, dengan memaksimalkan potensi kecerdasannya. Pilihan, adalah kata kunci pada penerapan strategi mengajar MI, peserta didik bisa memilih jenis penugasan, ujian, remedial, maupun pengayaan yang paling dikuasai dengan tetap melalui pengarahan dan indikator keberhasilan yang diberikan guru.

Memangnya kecerdasan itu lebih dari satu? 

ya betul, awalnya MI dicetuskan hanya terdapat 7 jenis kecerdasan, namun sampai saat ini (2018) terdapat 9 jenis kecerdasan yang ada di setiap manusia, yaitu:

S pasial - Visual
M usik - Irama
I nterpersonal - SosialL inguistik - Bahasa
E ksistensial - Keagamaan
N aturalis - Alam
B ody - Kinestetik
I ntrapersonal - Diri
L ogis - Matematis

Atau bisa menyingkatnya dengan sebutan SMILE n BIL. Hasil dari penelitiannya mbah Gardner menyatakan bahwa setiap anak memiliki setiap kecerdasan ini dalam dirinya, hanya saja dengan kecenderungan yang berbeda-beda. Kita sebut saja Roma Irama sang musisi dangdut legendaris yang mempunyai kemampuan untuk terus memproduksi musik dari dulu hingga sekarang masih aktif, beliau adalah contoh orang dengan kecenderungan Musik. Atau mungkin ada yang mengenal Stephen Hawking seorang Fisikawan tersohor dunia yang juga mengidap Cerebral Palsy seluruh badan, beliaulah yang menemukan teori bigbang terciptanya alam semesta ini, ini adalah contoh orang yang memiliki kecerdasan logis-matematis yang tinggi sekaligus cerdas intrapersonal diri. Siapa yang tidak tahu C. Ronaldo, M. Salah dan L. Messi penyerang sepak bola kelas dunia mereka pasti memiliki kecerdasan Body - Kinestetik yang tinggi. Setiap orang biasanya memiliki lebih dari satu kecenderungan kecerdasan, bisa jadi 2, 3 bahkan 4 yang tingginya sama.

Setiap siswa dan guru yang masuk di SMP Islam Prestasi Al Mubtadi-ien sudah dipetakan kecenderungan kecerdasannya sehingga guru bisa mengajar dengan menyesuaikan gaya belajarnya siswa. di sekolah berbasis MI, setiap guru dituntut untuk kreatif dalam memodifikasi materi, strategi maupun medianya agar semua anak terfasilitasi kemampuan dan keunikannya.


Bukannya kesembilan kecerdasan itu sudah termuat di mata pelajaran terkait? 

Memang secara langsung kalau kita amati cerdas linguistik - bahasa bisa jadi sama dengan mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa. Cerdas logis - matematis sama dengan pelajaran matematika, visual - spasial setara dengan pelajaran seni menggambar dan lain-lain. Ini sebenarnya adalah anggapan yang kurang tepat. Jenis kecerdasan yang ada di MI berbeda jauh dengan konsep mata pelajaran yang ada di sekolah. Sebenarnya MI adalah salah satu jenis ideologi pendekatan pendidikan nantinya dipraktekkan dalam bentuk modifikasi strategi, materi serta media pembelajaran ditambah beberapa kegiatan-kegiatan tambahan diluar jam pelajaran formal.
Bisa jadi pelajaran matematika disampaikan melalui gaya belajar musik dengan membuat rumus-rumus yang sulit dihafal menjadi sebuah singkatan mnemonik atau jembatan keledai dalam bentuk nyanyian. Memungkinkan juga pelajaran bahasa Indonesia disampaikan dengan metode mind map sebagai visualisasi materi unsur interinsik dan ekstrinsik cerpen (cerdas visual-spasial). Bisa juga untuk mata pelajaran IPS disampaikan dengan metode praktek jual beli atau membuat project Market Day untuk mengasah kemampuan berhitung perencanaan dan keuntungan (logis matematis), menghias stand (visual spasial), menawarkan produk (linguistik dan interpersonal) dan praktek berjualan (kinestetik). Banyak sekali kemungkinan modifikasi-modifikasi yang bisa dilakukan dalam penerapan MI dalam pembelajaran setiap hari di sekolah.


Kalau bukan mapel, Terus bagaimana cara guru menerapkan kesembilan kecerdasan tersebut?

Teori dan konsep MI bagaikan bola salju yang semakin lama semakin besar, sudah banyak ilmuan-ilmuan yang melakukan penelitian guna mengembangkan teori ini. Sehingga banyak sekali kemungkinan kemungkinan penerapannya di dalam kelas. Namun dalam prakteknya dibagi menjadi 3 jenis pendekatan, yakni:

Teacher Centered Learning
Pendekatan ini digunakan untuk menyampaikan materi yang panjang namun dalam durasi yang singkat. Sebagian besar desain materi, media serta strateginya dibuat oleh guru namun bukan berarti siswa pasif hanya menerima pelajaran saja. Karena pembelajaran memang sudah di desain berbasis  MI secara bergiliran sehingga diharapkan bisa mencakup seluruh kemampuan siswanya. Bagi guru yang menyampaikan melalui metode ceramah dan contoh secara verbal, berarti baru menggunakan strategi cerdas linguistik - bahasa. Bagi guru yang memutarkan video kemudian didiskusikan berarti menggunakan strategi visual dan interpersonal. Bagi guru yang mempraktekkan kegiatan pelajarannya diluar kelas berarti sedang mengimplementasikan cerdas kinestetik dan naturalis. Masih banyak sekali opsi-opsi yang bisa diberikan saat kita berbasiskan MI. 
Pendekatan ini biasanya di desain guru untuk mengajar seluruh kelas secara holistik dengan satu materi dan satu strategi. Namun tetap memungkinkan untuk berganti jenis kecerdasan untuk setiap pertemuannya, supaya bisa memuat seluruh kecerdasan siswa di dalam kelas. Cara ini adalah cara paling mudah dalam penerapan MI, karena guru yang mempunyai kontrol penuh terhadap seluruh siswanya.

Student Centered Learning
Disaat materi yang akan disampaikan panjang atau sulit tapi tetap mempunyai waktu yang lumayan longgar, pendekatan ini pantas untuk diterapkan sebagai strategi pembelajaran utama. Biasanya juga diterapkan saat melakukan ujian mandiri atau mempraktekkan materi utama kemudian dipecah dalam berbagai materi kecil guna mengekpresikan hal-hal yang baru saja didapat. Kunci utama dalam menerapkan gaya mengajar ini adalah PILIHAN. Jadi, siswa dibebaskan untuk memilih sesuai dengan karakteristiknya masing-masing yang level materinya sudah disesuaikan. Dengan banyaknya variasi yang ada di dalam kelas, diharapkan akan memperkaya khazanah pengetahuan yang ada di dalam kelas, bukan malah membingungkan seisikelas.
Kita contohkan saja setelah guru menyampaikan materi utama terkait gunung berapi dengan gaya Teacher Centered Learning. Untuk lebih memahamkan, para siswa diminta untuk menggali potensinya sendiri dibidang gunung berapi sesuai dengan kemampuan dan kecenderungan kecerdasannya. Untuk siswa yang cerdas linguistik, dia akan menulis artikel koran yang nantinya akan dipasang di mading sekolah. Untuk siswa dengan cerdas visual, dia akan melihat google earth dan mendata gunung berapi mana saja yang masih aktif di Indonesia dan menyampaikannya dalam bentuk grafik. Untuk siswa yang cerdas kinestetik - raga, dia akan membuat model gunung berapi dan mensimulasikan proses meletusnya gunung berapi. dan masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan yang bisa diciptakan untuk memahamkan siswa dari sisi manapun.

Inquiry Based Learning
Gaya yang terakhir ini adalah gabungan dari semuanya artinya tetap diarahkan oleh guru namun prakteknya siswa diberi kebebasan seluas-luasnya, biasanya diterapkan menjadi materi pengayaan, penguatan materi maupun project khusus. Siswa secara individu maupun kelompok kecil mengerjakan projek yang sebenarnya tidak tercantum dalam kurikulum secara resmi. Seperti projek pameran lukisan atau pembuatan video pendek untuk siswa yang cerdas visual spasial. Mengkover lagu-lagu yang bertemakan pelajaran terkait bagi siswa yang cerdas musik. Mengumpulkan berita dari koran dan internet kemudian dibuat kliping untuk siswa yang cerdas linguistik. Membuat pentas seni drama bagi siswa yang cerdas interpersonal. Banyak sekali projek projek yang bisa dikerjakan siswa untuk mewadahi segala kunikan dan bakat siswa. 

0 Komentar